Jumat, 08 Juni 2012

Blue Valentine


            Ini cerpen yang aku buat ketika aku kelas 1 SMA :)


                  “Sasta, kamu dapat undangan pesta valentine tuh dari teman SMA kamu, tuh undangannya ada di atas meja depan”, kata mama pada Sasta. Sasta segera mengambil undangan itu dan langsung merobek-robeknya  ke tong sampah.
                “Ma, lain kali kalau ada yang memberikan undangan pesta valentine, jangan mama terima lagi, Sasta benci valentine ma”, pintanya dengan ketus. Mama sangat sedih melihat tingkah Sasta seperti itu, “tapi valentine itu kan hari kasih sayang, apakah kamu tidak berniat merayakannya”? tanya mama. Lalu Sasta menjawab pertanyaan mama,  “Iya ma, tapi Sasta benci hari valentine, valentine itu kejam, Sasta benci ma”. Sasta menagis dan langsung berlari menuju kamarnya. Mama benar-benar sedih melihat Sasta seperti itu, ternyata Sasta belum bisa melupakan peristiwa 5 tahun yang lalu.
                “Kenapa sih semua orang mau diperbudak oleh pesta tak berguna itu, aku benci valentine, karenanya aku jadi kehilangan Rio, orang yang selalu menyayangiku”, gumamnya seraya menangis memeluk foto Rio. Sasta memang belum bisa melupakan kejadian 5 tahun lalu, mungkin ia masih sangat terpukul dan masih merasa bersalah atas peristiwa itu. Saat itu Sasta masih duduk di kelas XI SMA, masih sangat tertarik dengan gemerlapnya valentine.
                “Sayang, aku mau kita merayakan valentine malam hari ini dengan berjalan-jalan di taman , mau ya sayang, sekali ini saja kabulkan permohonan kekasihmu ini ya?”, rengek Sasta dengan manja. Melihat pacarnya yang sangat dicintainya, Rio sangat bahagia, “baiklah sayang, aku akan mengabulkan permohonanmu anak manja, let’s go to the park”, jawab Rio sambil membelai rambut Sasta. Tibalah mereka ditaman kota, taman kota itu sangat indah, apalagi letaknya sangat strategis, banyak sekali pasangan kekasih yang mengunjungi taman itu.
              
  “Rio, aku mau kamu membelikan aku permen  gulali  dan bunga mawar yang ada di seberang jalan sana. Please, kamu kan tahu bahwa aku sangat menyukai permen gulali dan bunga mawar”, rayunya. Rio pun dengan senang hati mengabulkan permohonan wanita yang sangat ia sayangi, “baiklah kekasihku yang paling cantik, tunggu di sini sebentar ya, aku akan ke seberang jalan sana untuk membelikanmu permen gulali dan setangkai bunga mawar, i love u”, ucap Rio seraya bergegas menuju seberang jalan. Ketika akan menyebrang jalan tiba-tiba saja ada mobil box yang sangat kencang, mobil tersebut tidak dapat mengendalikan rem nya, akhirnya Rio yang akan menyebrang tertabrak. Sasta yang mendengar suara tabrakan yang sangat keras itu langsung teringat pada pacarnya. Ia pun berlari menuju ke seberang jalan, semua orang sudah ramai mengerumuni korban kecelakaan itu. Sasta menerobos kerumunan orang dan alangkah kagetnya ia melihat siapa yang menjadi korban kecelakaan itu dan ternyata itu Rio. Sasta langsung menjerit dan sangat shock, ia sangat panik. Tapi semua terlambat, Rio meninggal dunia ketika dalam perjalanan menuju rumah sakit. Sasta sangat terpukul, ia tak bisa lagi menahan tangisnya. Sasta sangat menyesal dengan peristiwa itu, “seandainya aku tidak menyuruhmu membeli gulali dan bunga mawar, maka semua ini tidak akan pernah terjadi, ini semua salahku, maafkan aku Rio, aku sayang kamu”, ucap Sasta seraya memandangi jasad Rio yang sudah terbujur kaku. Ia sangat shock, bahkan ketika dipemakaman Rio tiba-tiba saja Sasta menjerit histeris dan pinsan. Semenjak peristiwa tragis ini Sasta berubah menjadi anak yang pemurung dan suka menyendiri, mungkin dia belum siap untuk kehilangan Rio, apalagi ia merasa bahwa ini semua kesalahannya.
                Tiba-tiba Sasta tersentak dari lamunannya karena mamanya memanggil Sasta seraya mengetuk  pintu kamar Sasta , tak sadar air matanya sudah meleleh di pipinya dan tahu bahwa mamanya sudah memangilnya ian pun segera menghapus air matanya. Lalu mama Sasta masuk membawakan secangkir teh manis hangat untuk Sasta.
                “Sayang, kenapa kamu menangis, pasti kamu mengingat – ingat peristiwa 5 tahun yang lalu. Sasta, pinta mama sekali ini saja, mama mohon dengan sangat Sasta lupakan ya peristiwa tragis itu dan mulailah dengan kehidupan baru. Mama kangen banget dengan Sasta yang dulu, yang selalu bawel dan manja, mama kangen semua itu, mama kangen Sasta, mama kangen senyuman Sasta, kalau kamu begini terus, maka Rio juga akan sedih melihatmu yang menjadi seperti ini?”, kata mama panjang lebar.
                “Tapi ma, ini semua terjadi karena salah Sasta. Seandainya saja waktu itu Sasta tida merengek-rengek minta dibelikan permen gulali dan bunga mawar, pasti semua ini tidak akan terjadi, pasti Sasta bisa terus bersama Rio sampai saat ini”.
                “Sudahlah Sasta, jangan pernah menyesali apa yang sudah terjadi, toh ini semua sudah takdir dari yang Maha Kuasa,  mama berharap kamu bisa kembali seperti dulu lagi, si Sasta yang bawel, ceria dan manja”, ujar mama seraya memeluk Sasta.
                “Baiklah ma, mulai hari ini Sasta akan belajar melupakan peristiwa itu dan Sasta akan memulai kehidupan baru Sasta bersama teman-teman Sasta dan semoga Rio juga bahagia melihat Sasta bahagia”, ujarnya sembari menangis bahagia dan mencium pipi mamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar